Penggunaan
dan pembakuan kata “Raimuna” bukan terlahir begitu saja di dunia Pramuka Penegak
Pandega Indonesia, konon ceritanya...... kegiatan terbesar penegak (belum ada
golongan Pandega) adalah “Pertemuan
Penegak Putera dan Puteri/Perpanitera”, yang lahir dari Musyawarah Andalan
Pusat dan Daerah (Anpuda) ke-III yang diselenggarakan pada tahun 1966 di Pasar
Minggu.
Perpanitera
I terlaksanakan pada tanggal 21 s/d 26 Agustus 1969, dalam kegiatan tersebut
Pramuka Penegak bersama Sangga Nasional (sekarang Dewan Kerja Nasional)
menyusun program kerja untuk memperdalam kesungguhan dan kesadarannya sebagai
mana Amsal Perpanitera I “ Upaya Bhakti
Pertiwi” yang artinya kegiatan atau usaha berbhakti kepada tanah air dan
dapat mempunyai sasaran.
Tahun
1974 diselenggarakan Perpanitera II yang merupakan gabungan kegiatan antara
Perpanitera, Pesta Satuan Karya dan Perkemahan Wira Karya (PW), karena belum
memiliki nama dari ketiga jenis kegiatan tersebut maka kegiatan tersebut diberi
nama “Event X” yang diselenggarakan
di Jakarta dan dalam perkembangan kepramukaan dicarilah sebuah nama kegiatan
yang mengandung makna yang lebih filosofis, hingga akhirnya ditemui kata “Raimuna” yang kita ketahui istilah Raimuna
ini berasal dari kabupaten Yapen - Papua, tepatnya konon istilah Raimuna ini
dipakai oleh sekelompok masyarakat Suku Ampari Munu-Mamo ketika hendak
bepergian perang keluar kampung untuk menangkap budak.
Kata
Raimuna sendiri diangkat dari rumpun bahasa Ambai oleh Kakak
Hofni Sineri (asal Kampung Randawaya) yang merupakan gabungan dari dua
kata yaitu Rai dan Mamuna, Rai berarti Sekelompok orang
yang berkumpul melaksanakan musyawarah untuk mencapai suatu tujuan tertentu
yang ditetapkan secara bersama, sedangkan Mamuna mengandung arti daya kekuatan
jiwa seorang pemimpin yang berpengaruh baik dalam mencapai suatu kesuksesan,
sehingga kata Raimuna berarti sekelompok
orang yang hidup disuatu wilayah dengan daya kekuatan jiwa seorang pemimpin
yang berpengaruh besar untuk memberikan semangat dan hasrat yang tinggi dalam
mencapai tujuan tertentu yang telah disetujui dan ditetapkan secara bersama
dalam musyawarah.
Dibalik
riwayat di ambilnya istilah Raimuna dari Papua tersebut ternyata termuat sebuah
cita-cita yang luhur yaitu upaya mencegah disintegrasi yang pada saat itu
mengancam bangsa Indonesia dan secara
tegas menunjukan bahwa Gerakan Pramuka merupakan salah satu komponen perangkat
persatuan bangsa.
Akhirnya
pada tahun 1977 diselenggarakanlah kegiatan Raimuna Nasional yang ke-III, dan
secara resmi ditetapkan dalam Surat Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka
No : 007/KN/1978, tanggal 26 Januari 1978 dan penyelenggaraannya ditingkat
Kwartir Ranting, Kwartir Cabang, Kwartir Daerah dan Kwartir Nasional Gerakan
Pramuka di Indonesia.
Setelah
terlahirnya kata Raimuna untuk kegiatan pesta Penegak dan telah ditambah satu
golongan lagi yaitu golongan Pandega, maka pesta Raimuna adalah pesta Pramuka
Penegak Pandega yang dilaksanakan 5 tahun sekali dalam even Nasional, dan dalam
pesta tersebut pada upacara pembukaan ditampilkan tari dan lagu adat suku
Ampari Munu-Mamo sebagai wujud ungkapan arti kata Raimuna.
Akhirnya
kutitipkan sebuah ungkapan dari bahasa Asal Kata Raimuna untuk dijadikan
sebagai motifasi dalam membangun Kader Tunas Kepala Penegak – Pandega di Negeri
tercinta ini.
Antoru Kahamani Manteyaha, Rahidanini kahamani kidoniaha,
Kalau
bukan kitong siapa lagi & kalau bukan sekarang kapan lagi
Anggota Racana Koranu & Ambalan Mambriu, Gudep Aimasa Scout